Asal Usul Kopi Lelet Khas Lasem Rembang

0
1055

Persisnya sejarah kopi lelet Lasem Rembang tidak ada yang tau di mulai tahun berapa, kamipun hanya memperkirakan berdasar faktor kemungkinan terbesar yaitu mungkin karena sejak dulu Lasem terkanal sebagai sebagai penghasil Batik Tulis. Mungkin dari sinilah cikal bakal nge-batik rokok dengan lethek kopi, yang membedakan hanya medianya di mana yang satu adalah kain dan satunya adalah batang rokok.

Ada juga yang menceritakan sejarah kopi lelet asal usul kemunculannya di kisaran tahun 1930an. Awalnya kopi lelet bernama kopi sedulit. Kala itu, Desa Gedongmulyo dikenal sebagai desa pusat penjualan kopi sedulit pertama di Lasem. Kopi tersebut banyak disuguhkan di deretan warung di kawasan perbatasan dengan Desa Dasun. Diketahui, Gedongmulyo dan Dasun dipisahkan oleh Sungai Babagan, sungai yang membelah wilayah Lasem sejak tahun 1700.

Dengan cara mengoleskan ampas kopi yang airnya telah mereka minum menggunakan jari telunjuk atau biasa disebut didulit.
Usut punya usut, perubahan nama kopi dari sedulit menjadi lelet ternyata juga terpengaruh dari cara mengoles ampas kopi dan alat yang digunakan. Meski ampas kopi sama-sama dioleskan di batang rokok tapi ada perbedaan teknik saat melumurkannya. Jika sedulit menggunakan jari tangan saat mengoleskan ampas kopi dan asal-asalan tanpa pola, lelet tidak demikian.

“Kalau lelet sudah menggunakan alat bantu seperti sendok, benang, dan lidi untuk mengoleskan ampas kopi ke batang rokok. Pola leletnya juga variatif dan unik, Ada yang suka membuat pola layar pada perahu menggunakan sendok, tapi ada juga yang membuat motif batik menggunakan lidi yang diruncingkan ujungnya.

Untuk kopi cangkir sendiri mengawali usaha sejak tahun 80-an. Budaya “Ngopi” memang sudah menjadi kebiasaan pada masyarakat Rembang, pada saat itu kebiasaan mereka ngopi ke warung-warung kopi disekitar rumahnya bercengkrama ngobrol dari perbincangan hal-hal yang santai sampai berbobot entah itu terkait isu-isu ekonomi, politik, social dll yang ada di masyarakat. Bahkan sering mereka menyampaikan banyak hal tentang pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Namun dengan perkembangan jaman dan dunia teknolog informasi saat ini, rasanya hal itu menjadi langka. Orang-orang pergi ke Warung Kopi kebanyakan tujuan utamanya selain ngopi mereka mencari Wifi untuk akses dunia maya.
Warung kopi yang paling popular kala itu di Landoh dengan ‘kothok’nya, kopi lelet yang proses penyeduhannya dengan merebus (kothok). Saat ini hamper di setiap Desa bahkan gang-gang di desa-desa terdapat warung/kedai kopi. Bahkan Banyak bermunculan kedai/kafe yag menawarkan kopi “kekinian”

Hal ini menjadi tantangan kita bersama, perkembangan dunia perkopian yang semakin pesat saat ini dengan beragam keunikannya sebagai warga Rembang harus bangga dan harus menjaga kearifan local “kopi Lelet” jangan sampai tenggelam tak berbekas dan tinggal cerita.
Insyaallah hal itu tidak terjadi untuk saat ini, karena sebagai pelaku (produsen kopi)sejak tahun 80-an sampai sekarang masih eksis dan ‘loyal customers’ kami Alhamdulillah masih percaya dengan produk kami.

Bahkan kopi lelet semakin diminati khususnya oleh masyarakat d Rembang dan daerah-daerah lain disekitarnya karena memiliki kekhasan tersendiri. Yang membedakan adalah proses pembuatan dan penyajiannya sehigga menciptakan Cita rasa dan aroma yang ‘nendang’ (mantap). Kopi Lelet memiliki bubuk kopi yang Super Halus, jadi tidak heran jika bubuk kopi lelet bisa di jadikan karya seni baik untuk ngelelet rokok atau nge-batik rokok dan oleh sebagian orang yang berjiwa seni ampas kopi lelet juga bisa di jadikan lukisan yang indah.

Referensi :
https://www.tagar.id/kopi-lelet-lasem-rembang-dari-isengnya-tukang-kapal
http://www.kopileletlasem.com/p/tentang-kopi-lelet.html

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here